Kepemimpinan Spiritual
MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas
Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti
Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti
di Universitas Negeri
Padang
disusun oleh kelompok 5 :
•Putri Melco/1200982
•Mardhatillah/1200983
•Ito Wardiah/1200984
•Peni Fitri/1200985
•Peni Fitri/1200985
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INGGRIS
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA INGGRIS
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga makalah yang bertemakan Manusia dan Lingkungan ini dapat
diselesaikan dengan baik. Selanjutnya, penulis sampaikan shalawat serta salam
semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, pada keluarganya,
sahabatnya, dan kita sebagai umatnya.
Makalah yang bertemakan “Kepemimpinan spiritual” ini,
secara khusus mendeskripsikan tentang kecerdasan spritual, kepemimpinan pendidikan dan kepemimpinan spritual, kriteria seorang pemimpin dalam konteks kepemimpinan
spiritual, pemimpin
spiritual dalam pengembangan pendidikan Islam dan peran yang dilakukan pemimpin dalam mengembangkan
pendidikan Islam . Makalah ini
disusun sebagai tugas dari Mata Kuliah Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, tetapi mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam
mencari ilmu, dan untuk para pembaca semua dalam menambah pengetahuan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah ini.
Padang, November 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia ini masih berorientasi pada pragmatism,
yakni di arahkan untuk penyediaan sumber
daya manusia berkualitas. Sehingga dengan
hal tersebut, pembangunan dapat dilaksanakan secara cepat. Namun,
konsep pendidikan Indonesia belum mampu menyentuh dimensi humanity dimana manusia hanya dianggap menjadi produk capital dan
sebagai alat untuk mengembangkan modal dengan berdasarkan
dari materialistic. Berdasarkan hal tersebut, keberhasilan pendidikan yang
didasarkan pada teori human capital diukur
dari seberapa besar rate of return
pendidikan terhadap pembangunan ekonomi.
Pada dasarnya,
manusia merupakan makhluk social dan spiritual. Dan menurut Paulo Freire,
hakikatnya manusia mampu melakukan trasndensi dengan semua realistis yang
melingkupnya. Dengan hal itu, manusia akan mengkonstruksi kesadaran integral
tanpa merduksi konsep “kesatuan mistik universum” dalam dirinya. Sehingga
dengan kesatuan tersebut dapat menimbulakan sifat humanity dan menuju insane kamil. Sebagaimana hakikat dari tujuan
pendidikan Indonesia adalah untuk membentuk insane paripurna, baik didunia
maupun di akhirat.
Maka, untuk
mewujudkan peruban pendidikan Indonesia secara menyeluruh, maka perlu
memprioritaskan manajemen pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Dalam
hal ini, yang paling berperan aktif adalah educational
leadership yang mengatur, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengontrol
pola pergerakan pendidikan. Dan untuk itu seorang pemimpin perlu memiliki dan
mengintegralkan serta menyeimbangkan Intelligence
Quotient, Emotional Quotient dan Spritual
Quotient. Dan makalah ini akan membahas tentang Spiritual Educational Leadership.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, terdapat beberapa permasalahan yang penulis dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :
v
Apa itu Kecerdasan Spritual, Kepemimpinan Pendidikan dan
Kepemimpinan Spritual?
v
Bagaimana kriteria
seorang pemimpin dalam konteks kepemimpinan spiritual?
v
Bagaimana
cara pemimpin
spiritual dalam pengembangan pendidikan Islam? Dan peran apa saja yang
dilakukan dalam mengembangkan pendidikan Islam?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah
·
Melatih
penulis
menyusun makalah dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan
kreatifitas.
·
Agar
mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
kepemimpinan spiritual.
·
Agar bisa menjadi masukan
edukatif bagi mahasiswa dalam memahami materi tentang Kepemimpinan spiritual.
·
Untuk
memenuhi salah satu tugas Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Kecerdasan Spritual, Kepemimpinan Pendidikan dan
Kepemimpinan Spritual
Istilah “Spritual” berasal dari kata dasar bahasa Inggris yaitu
“sprit” yang memiliki cakupan makna: jiwa, arwah/roh, semangat, hantu, moral
dan tujuan atau makna yang hakiki. Sedangkan dalam bahasa Arab, istilah
spiritual terkait dengan yang ruhani dan ma’nawi dari segala sesuatu.
Makna inti dari kata sprit bermuara kepada kehakikian, keabadian dan
ruh, bukan yang bersifat sementara dan tiruan. Dalam perspektif Islam, dimensi
spritualitas senantiasa berkaitan secara langsung dengan realistis Ilahi, Tuhan
Yang Maha Esa (tauhid). Spritualitas bukan sesuatu yang asing bagi manusia,
karena spritualitas merupakan inti dari kemanusiaan itu sendiri. Manusia
terdisi dari unsure material dan spiritual atau unsure jasmani dan ruhani.
Sedangkan perilaku manusia merupakan produk tarik menarik antara energy
spiritual dan material atau antara dimensi ruhaniah atau jasmaniah. Dorongan
spiritual senantiasa membuat kemungkinan membawa dimensi material manusia
kepada dimensi spritualnya (ruh, keilahian)
Spiritual
Quotient (SQ) merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
makna dan nilai hidup, menempatkan perilaku dalam konteks makna secara lebih
luas. Menurut Zohar (dalam Abd. Wahab:2011) SQ merupakan syarat mutlak bagi
berfungsinya IQ dan EQ secara efektif. SQ telah ada dalam diri manusia sejak
lahir. Hal ini ditujuksn untuk membantu manusia dalam membangun dirinya secara
utuh. Dalam perjalanan kehidupan manusia, tidak hanya berdasarkan pada resiko
saja, melainkan juga menggunakan hati nurani sebagai pusat SQ. karena kebenaran
sejati sebenarnya lebih terletak pada hati nurani, bahkan menurut N. Dyakarya
secara ekstrim berpendapat bahwa suara nurani merupakan suara Tuhan.
Sedangkan hakikat dari kepemimpinan spiritual adalah suatu kegiatan
memengaruhi orang lain agar orang tersebut dapat bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Disini pemimpin merupakan factor penentu dalam
keberhasilan suatu organisasi atau usaha. Sebab seorang pemimpin di tuntut
untuk mampu mengelola organisasi, memengaruhi secara konstruktif orang lain,
dan menunjukkan perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama serta
memengaruhi semangat kerja kelompok.
Pendidikan secara umum merupakan usaha atau proses yang dilakukan
secara sadar oleh orang dewasa untuk mendidik dan mengajar anak didik agar
mereka dapat mencapai kedewasaan. Maka dari uraian tersebut kepemimpinan
pendidikan adalah suatu kesiapan, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam
proses mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang
lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan
pengajaran agar segenap kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien,
yang pada gilirannya dapat mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah
ditetapkan.
Kepemimpinan Spiritual adalah kepemimpinan yang membawa dimensi
keduniawian kepada dimensi spiritual (keilahian). Kepemimpinan yang mampu
mengilhami, membangkitkan, mempengaruhi dan menggerakkan melalui keteladanan,
pelayanan, kasih saying dan implementasi nilai dan sifat-sifat ketuhanan yang
lainnya dalam tujuan, proses, budaya dan perilaku kepemimpinan.
B.
Karasteristik Kepemimpinan Spiritual
Seiring
dengan ditemukannya konsep kecerdasan spiritual yang justru dianggap sebagai the ultimate intelligence dan sebagai
pondasi yang diperlukan bagi keefektifan dua kecerdasan yang lain yakni IQ dan
EQ. sebagaiman yang diuraikan diatas, kepemimpinan spiritual adalah
kepemimpinan yang berbaris pada etika religious, kepemimpinan atas nama Tuhan,
yaitu kepemimpinan yang terilhami oleh perilaku etis Tuhan dalam memimpin
makhluk-makhluk-Nya.
Adapun karasteristik dari kepemimpinan spiritual sebagaimana yang
disampaikan oleh prof. Dr. Tobroni dalam “Spiritual Leadership The Problem
Solver Krisis” Kepemimpinan dalam Islam berikut ini:
1.
Kejujuran
Sejati
Rahasia sukses para pemimpin besar dalam mengembangkan misinya
adalah memegang teguh kejujuran. Berlaku jujur senantiasa membawa kepada
keberhasilan dan kebahagiaan pada akhirnya, walaupun mungkin pada awal terasa
pahit.
2.
Fairness
Pemimpin spiritual mengemban misi social untuk menegakkan keadilan
dimuka bumi , baik adil terhadap diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Bagi
para pemimpin spiritual, menegakkan keadilan bukan sekedar kewajiban moral
religious dan tujuan akhir dari sebuah tatanan social yang adil, melainkan
sekaligus dalam proses dan prosedurnya untuk keberhasilan kepemimpinannya.
3.
Semangat
amal Shaleh
Kebanyakan pemimpin suatu lembaga, mereka sebenarnya bekerja bukan
untuk orang dan lembaga yang dipimpin, melainkan untuk “keamanan”, “kemapanan”,
dan “kejayaan” dirinya. Tetapi kepemimpinan spiritual bersikap berbeda, yakni
bekerja karena panggilan dari hati nurani ysng ditujukan semata-mata untuk
mengharap ridho Allah.
4.
Membenci
formalitas dan organized religion
Bagi seorang spiritualis, formalitas tanpa isi bagaikan pepesan
yang kosong. Organized religion biasanya hanya mengedepankan dogma, peraruran
perilaku dan hubungan social yang terstruktur yang berpotensi memecah belah.
Tindakan formalitas perlu dilakukan untuk memperkokoh makna dari substansi
tindakan itu sendiri dan dalam rangka merayakan sebuah kesuksesan, kemengangan.
Pemimpin spiritual lebih mengedepankan tindakan yang genuine dan substantive.
5.
Sedikit
bicara banyak kerja dan santai
Banyak bicara banyak salahnya, banyak musunya, banyak dosanya serta
sedikit kontemplasinya dan sedikit karyanya. Seorang pemimpin spiritual adalah
pemimpin yang sedikit bicara banyak bekerja. Ia lebih mengedepankan pekerjaan
secara efisien dan efektif.
6.
Membangkitkan
yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain
Sebagaimana ditemukan dimuka, pemimpin spiritual berupaya mengenali
jati dirinya dengan sebaik-baiknya. Upaya mengenali jati diri itu juga
dilakukan terhadap orang lain. Dengan mengenali jati diri ia dapat
membangkitkan segala potensinya dan dapat bersikap secara bijaksana dalam
berbagai situasi.
7.
Keterbukaan
menerima perubahan
“perubahan” adalah kata yang paling disukai oleh kelompok yang
tertindas dan sebaliknya paling ditakuti
oleh kelompok mapan. Pemimpin biasanya dikategorikan sebagai kelompok mapan dan
pada umumnya berusaha menikmati kemapanannya dengan menolak perubahan. Kalaupun
ia gencar mengadakan perubahan adalah dalam rangka mempertahankan atau
mengamankan posisinya.
Pemimpin spiritual berbeda dengan pemimpin pada umumnya. Ia tidak
alergi dengan perubahan dan tidak penikmat kemapaman. Pemimpin spiritual memiliki
rasa hormat bahkan rasa senang dengan perubahan yang menyentuh diri mereka yang
paling dalam sekalipun.
8.
Pemimpin
yang dicintai
Pemimpin pada umumnya sering tidak peduli apakah mereka dicintai
para karyawannya atau tidak. Bagi mereka dicintai atau dibenci itu tidak
penting, yang penting dihormati dan memperoleh legitimasi sebagai pemimpin.
Bahkan sebagian diantara mereka merasa tidak perlu dicintai karena hal itu akan
menghalngi dalam mengambil keputusan yang sulit yang menyangut persoalan
karyawannya. Pernyataan ini mungkin ada benarnya, akan tetapi bagi pemimpin
spiritual kasih sayang sesame justru merupakan ruh (elan vital sprit) sebuah
organisasi. Cinta kasih bagi pemimpin spiritual bukanlah cinta kasih dalam
pengertian sempit yang dapat mempengaruhi obyektifitas dalam pengambilan
keputusan dan memperdayakan kinerja lembaga, tetapi cinta kasih yang
memberdayakan, cinta kasih yang tidak semata-mata bersifat perorangan, tetapi
cita kasih struktual yaitu cinta terhadap ribuan orang dipimpinnya.
9.
Think
Globally and act locally
Statemen di atas merupakan visi seorang pemimpin spiritual. Memliki
visi jauh kedepan dengan focus perhatian kekinian dan kedisinian. Dalam hal
yang paling abstrak (sprit, soul, ruh) saja ia dapat meyakini, memahami dan
menghayati, maka dalam kehidupan nyata ia tentu lebih dapat memahami dan
menjelaskan lagi walaupun kenyataan itu merupakan cita-cita masa depan. Ia
memiliki kelebiha untuk menggambarkan idealita masa depan secara mendetail dan
bagaimana mencapainya kepada orang lain seakan-akan gambaran masa depan itu
sebuah realitas yang ada didepan mata. Disiplin tetapi fleksibel dan tetap
cerdas dan penuh gairah.
10.
Kerendahan
hati
Seorang pemimpin spiritual menyadari sepenuhnya bahwa semua
kedudukan, prestasi, sanjungan dan kehormatan itu bukan karena dia dan bukan
untuk dia, melainkan karena dan untuk Dzat Yang Maha Terpuji.
C.
Spiritual Leader sebagai pemecahan masalah pendidikan di Indonesia
Sebagaimana yang diuraikan di atas, bahwa masalah-masalah
pendidikan di Indonesia sekarang ini dapat diatasi melalui spiritual
leadership. Dengan kata lain pemimpin spiritual adalah factor utama terjadinya
perubahandari suatu lembaga pendidikan untuk meraih prestasi. Implementasi
puncak etika religus dalam kehidupan sehari-hari akan melahirkan orang yang
memiliki komitmen dan dedikasi, sabar, rela berkorban, berjuang tanpa kenal
lelah dan ihlas. Inilah orang yang memiliki spiritualitas, orang yang mampu
menjadi soko guru tegaknya lembaga pendidikan.
Bagaimana pemimpin spiritual dalam pengembangan pendidikan Islam?
Dan peran apa saja yang dilakukan dalam mengembangkan pendidikan Islam? Untuk
masalah itu prof. Dr. Tobroni mengungkapkan bahwa sebagaimana berikut:
1.
Sebagai
pembaharu
Keberhasilan pemimpin spiritual dalam mengembangkan pendidikan
tidak lepas dari perannya sebagi pembaharu. Gagasan-gagasan atau ide-ide baru
senantiasa keluar dari hasil kontemplasi, penjajahan, dan pengembaraan
intelektualnya yang luas.
2.
Pemimpin
spirirtual sebagai pemimpin organisasi pendidikan
Sebagaimana dikemukakan dalam pembahsan sebelumnya, lembaga
penididkan merupakan lembaga industry yang mulia yang merupakan gabungan dari
lembaga yang bersifat profit seperti perusahaan, industry dan jasa dan lembaga
non profit seperti lembaga social kemasyarakatan, dan lembaga dakwah lainnya.
3.
Pemimpin
spiritual sebagai administrator proses pembelajaran
Kepala sekolah selama ini lebih banyak berperan sebagai
administaror pembelajaran. Tugas mereka seakan selesai apabila proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan lancer dan tertib. Pemimpin spiritual
memandang tugas sebagi administrator sebagi tugas rutin dank arena itu
diserahkan pelaksanaanya kepada masing-masing pemimpin atau unit. Posisi
pemimpin spiritual dalam hal ini berperan sebagai pengilhaman, pencerahan dan
pembangkitan
4.
Pemimpin
spirirtual sebagai pendidik
Salah satu kekuatan yang menyebabkan pemimpin spiritual berhasil
dalam mengembangkan pendidikan adalah karena perannya sebagai pendidik
(murabbi). Didepan muridnya ia tetap seorang gru yang mau menyapa dan peduli
sehingga memiliki hubungan yang harmoni, dekat akrab dan khurmah. Didepan guru
dan karyawan ia adalah seorang teman, sesame guru yang senasip dan
seperjuangan. Di lihat dari proses pembelajaran di lembaga pendidikan pemimpin
spiritual terbukti mampu mengefektifkan proses pembelajaran dan melakukan
berbagai inovasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Spiritual
Quotient (SQ) merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai hidup, menempatkan perilaku dalam konteks makna
secara lebih luas. Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kesiapan kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang dalam proses mempengaruhi, mendorong, membimbing,
mengarahkan dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannyadengan pelaksanaan
dan pengembangan pendidikan dan pengajaran agar segenap kegiatan dapat berjalan
secara efektif dan efesien, yang pada giliriannya dapat mencapai tujuan pendidikan
dan pengajaran yang telah ditetapkan. Kepemimpinan Spiritual adalah
kepemimpinan yang membawa dimensi
keduniawian kepada dimensi keilahian.
Adapun karakteristik pemimpin spiritual yakni Kejujuran Sejati
Fairness, Semangat amal Shaleh, Membenci formalitas dan organized religion,
Sedikit bicara banyak kerja dan santai, Membangkitkan yang terbaik bagi diri
sendiri dan orang lain, Keterbukaan menerima perubahan,
Pemimpin yang dicintai .Think Globally and act locally, Kerendahan hati.
Dan peran pemimpin spiritual dalam
memcahkan permasalah pendidikan dpat ditinjau dari beberpa aspek yang
diantaranya nadalah sebagai pembahru Pemimpin spirirtual sebagai pemimpin
organisasi pendidikan Pemimpin spiritual sebagai administrator proses
pembelajaran, Pemimpin spirirtual sebagai pendidik.
B. Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada
setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan
dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat
tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada
pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa
memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh
karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani jamal Ma’mur. 2009. Manajemen pengelolaan dan kepemimpinan
pendidikan professional. Yogyakarta. Diva Press
Baharuddin, 1994 Analisa Administrasi Managemen dan
Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Bumi Askara
Burso dan Dirawat. 1983 Pengantar kepemimpinan pendidikan.
Surabaya : Usaha Nasional
Tobroni. Spiritual Leadrship The Problem Solver Krisis Kepemimpinan Dalam
Pendidikan Islam
Wahab dan Umiarso. 2011 Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan
Spiritual. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar